PURA PULAKI
Pura pulaki
Perjalanan kami
selanjutnya ke Bali Utara yaitu ke pura Pulaki
yang terletak di utara pulau Bali tepatnya di desa Banyupoh kecamatan
Gerokgak kabupaten Buleleng,53 km sebelah
Barat Singaraja. Lingkungan pura ini terletak di pinggir jalan raya jurusan
Singaraja-Gilimanuk dan oleh karenanya sangat mudah dicapai oleh segala jenis
kendaraan bermotor
Pura kahyangan ini di samping sebagai pemujaan Ida Sanghyang Widi Wasa
dalam perwujudan Manife stasi Nya, pura
Pulaki juga tempat memuja arwah suci dari Sri Patni Kaniten istri dari
Danghyang Nirartha yang di beri gelar
“Bhatari Dalem Ketut”. Dalam Dwijendra Tattwa di ceritakan mengenai perjalanan
Danghyang Dwijendra dari Blambangan ke Bali beliau istri Danghyang Nirartha Sri Patni Kaniten yang berasal dari
Blambangan bergelar Mpu Istri Ktut dalam keadaan payah menyembah Danghyang
Nirartha dan berkata, "Mpu Danghyang, dinda tidak kuasa lagi melanjutkan
perjalanan dan rasanya ajal hamba sudah tiba, karena itu ijinkanlah dinda
sampai disini saja mengiringi Mpu Danghyang,begitu permintaan istri
beliau. Dengan hormat serta kerendahan
hati yang tulus iklas dinda mohon agar diberikan ajaran ilmu gaib sebagaimana
yang sudah diberikan kepada anaknda Ni Ayu Swabhawa, agar adinda dapat terlepas
dari segala dosa dan kembali menjadi Dewa," demikian permohonan Mpu Isteri
Ktut. Danghyang Nirartha lalu menjawab, "baiklah kalau demikian, dinda
diam disini saja bersama-sama dengan puteri kita Ni Ayu Swabhawa, ia sudah suci
menjadi Bhatari Dalem Melanting, dan adinda boleh menjadi "Bhatari Dalem
Ktut" yang akan menjadi junjungan dan disembah orang-orang di desa
ini. Desa bersama orang-orang yang ada disini akan kanda "Pralina"
(hanguskan), sehingga tidak dapat lagi dilihat oleh manusia biasa dan semua
orang-orangnya menjadi orang halus (wong gamang) namanya orang
"Sumedang", sedang daerah desa ini kemudian bernama "Mpu
Laki", demikian kata Danghyang Nirartha. Setelah
itu menggaiblah Mpu Isteri Ktut dan tidak dapat dilihat manusia lagi, dan
kemudian Danghyang Nirartha bersama putra-putrinya meneruskan perjalanannya
dengan tujuan Gelgel untuk bertemu dengan Dalem Gelgel Sri Waturenggong yang
bertahta dan memerintah di Bali saat itu.
Begitulah di tempat moksa (menggaibnya) Sri Patni Kaniten
atau Mpu Isteri Ktut itu kemudian dibangun sebuah bangunan suci (Pura atau
Khayangan) yang diberi nama Pura Pulaki sebagai tempat memuliakan dan memuja
Hyang Widhi Wasa. Selain itu disini dimuliakan yaitu Sri Patni Kaniten atau Mpu
Isteri Ktut.
Lingkungan Pura Pulaki dibangun di
atas tebing berbatu dan langsung menghadap ke laut. Sebelumnya lingkungan pura
ini wujudnya sangat sederhana, akan tetapi setelah direnovasi dan diperluas
dengan menggunakan bahan batu hitam. Lingkungan
Pura ini kelihatan sangat agung dan sesuai dengan namanya yaitu Lingkungan Pura
Agung Pulaki, daya tarik lingkungan pura ini yang menonjol adalah lokasi
dan lingkungan pura. Bukit terjal yang berbatu dan kering serta laut membentang
di depannya dan bukit tidak jauh di sebelah baratnya yang berbentuk tanjung
kecil memberikan suasana yang sangat menarik. Kera-kera yang hidup di sekitar
pura ini, sering berkumpul di halaman pura karena adanya makanan yang diberikan
oleh para pengunjung, menambah daya tarik lingkungan pura ini. Pura
Pulaki ini sesungguhnya merupakan satu komplek yang terdiri dari lingkungan
Pura Agung Pulaki dengan beberapa pesanakannnya yaitu lingkungan Pura
Melanting, lingkungan Pura Kertha Kawat, Lingkungan Pura Pabean dan LIngkungan
Pura Pemuteran. Pura-pura pesanakan ini terletak tidak jauh dari lingkungan
Pura Agung Pulaki yang dapat dikatakan mengelilingi Pura Pulaki dengan jarak
masing-masing sekitar satu setengah km. Apabila tiba waktunya
"odalan" di lingkungan Pura Pulaki ini maka keseluruhan lingkungan
pura-pura ini merupakan satu kesatuan upacara dengan pengertian seorang umat setelah melakukan persembahyangan di lingkungan
pura-pura pesanakannya.
Lingkungan Pura Melanting, sebagai salah satu pesanakan lingkungan Pura Agung
Pulaki, setelah direnovasi kelihatan sangat agung, bahkan secara fisik
kelihatan lebih megah daripada lingkungan Pura Agung Pulaki, akan tetapi dari
kedudukannya sebagai pura Pesanakan. Lingkungan Pura Melanting yang ada
kaitannya dengan kemakmuran khususnya yang beraspek perdagangan sehingga
lingkungan Pura Melanting banyak dikunjungi oleh para pengusaha dan
pedagang, untuk bersembahyang dan memohon kemakmuran.